Tetes Darah Syahid Letkol Moch. Sroedji

15 Juni 2014, hari Minggu warga Surabaya mendapatkan pertunjukan teatrikal gratis dari komunitas Roodebrug Soerabaia yang bertempat di Tugu Pahlawan Surabaya. Teatrikal ini mengangkat cerita dari novel Sang Patriot karya Irma Devita, sebuah keberanian luar biasa oleh seorang Letkol Moch. Srodji.

Sumber :
http://www.jawapos.com/baca/artikel/2691/Berjuang-Tak-Kenal-Batas-Wilayah

Lahir di Bangkalan Madura pada tanggal 1 Februari 1915, putra dari pasangan Bapak H. Hasan dan Ibu Hj. Amna. Istrinya bernama Hj. Mas Roro Rukmini dan memiliki 2 putra 2 putri.

Sumber :
http://donnyoyot.blogspot.com/2013/03/sumber-tulisan.html

Tetes darah keberanian dan kegigihannya melawan para penjajah di negeri ini. Mungkin dia tak dikenal, dan tak kan ada yang mau mengenalnya, namun jangan sekali-kali melupakan jasanya pada ibu pertiwi. Jemari yang sudah tak lengkap lagi membuktikan cintanya kepada bangsa dan negara. Gugur dalam pertempuran di Karangkedawung-Jember pada tanggal 8 Februari 1949. Sebuah pengabdian, pengorbanan pada negara, dialah Letkol Moch. Sroedji.

Sumber : http://lebihdari.com/tag/letkol-moch-sroedji/

"Dan jangan sekali-kali engkau menyangka orang-orang yang terbunuh (gugur syahid) pada jalan Allah itu mati, (mereka tidak mati) bahkan mereka adalah hidup (secara istimewa) di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki" ( QS. Ali 'Imran 169).

Mereka bergembira dengan balasan nikmat dari Allah dan limpah karuniaNya, dan (ingatlah) bahwa Allah tidak menghilangkan pahala orang-orang yang beriman" ( QS. Ali 'Imran 171).

Sumber :
http://biliksastra.wordpress.com/2014/05/03/berjuang-sampai-mati/moch-sroedji/

Novel "Sang Patriot" yang ditulis oleh Irma Devita yang merupakan cucu dari Letkol Moch. Sroedji dikemas dalam bahasa yang sangat apik. Latar waktu yang maju mundur, berhasil membawa pembaca tenggelam dalam lembar per lembar cerita di novel tersebut.

Terciptanya novel ini, karena dia berjanji pada sang nenek Rukmini akan menceritakan pada dunia perjuangan dan pengorbanan Letkol Moch. Sroedji dalam membela ibu pertiwi. Irma Devita ingin semangat anak muda di zaman sekarang tidak kendur. Dia ingin memberikan semangat pada pemuda pemudi Indonesia. Novel yang bercerita semangat patriotisme, membangun semangat para muda mudi untuk mencintai tanah air salah satunya dengan cara mengangkat cerita pahlawan yang ada di daerah masing-masing.

Diskusi Novel Sang Patriot

Tidak kalah serunya, penyampaian yang dipaparkan oleh Brigjen TNI (Purn) Abdul Cholik yang juga sebagai Komandan Blogcamp dan sering di panggil Pakde yang suka "ngompori" beberapa teman blogger yang kurang bersemangat untuk menjadi semangat lagi. Semangat menulisnya tidak termakan usia, di usia yang hampir menginjak 64 tahun  beliau berhasil menerbitkan beberapa buku solo maupun antologi. Memberikan contoh kepada anak cucu dan keponakannya yang menyebar di seluruh penjuru tanah air bahkan dunia bahwa semangat menulis tidak mengenal batas apapun. Acungan jempol untuk Purn. yang satu ini.


Selain itu, Bapak Dukut Imam Widodo seorang sastrawan, penulis sejarah Surabaya maupun kota-kota lain menyampaikan bahwa "jika ada yang tertarik untuk mengorek-ngorek tentang sejarah silahkan hubungi saya, akan saya bantu, dan gratis". Sungguh luar biasa ajakannya pada hadirin pada waktu itu. Sebuah tantangan bagi anak muda untuk mencintai sejarah. Jadi silahkan bagi para pembaca, yang mencintai dan tertarik dengan sejarah dan ingin mengorek-ngorek sejarah di tempatnya untuk menghubungi bapak Dukut agar bisa bekerja sama.

Orang hebat, dari kiri ke kanan (Bpk Dukut, Irma Devita, Pemeran Letkol Moch. Sroedji, Pakde Cholik)

Inilah bukti dari segelumit orang-orang hebat itu untuk tidak mematikan sejarah, sejarah harus selalu dikenang sepanjang masa.

"Sang Patriot" sebuah epos kepahlawanan

Diskusi buku "Sang Patriot" di Auditorium Tugu Pahlawan bersama orang-orang hebat itu, semoga tercipta ratusan bahkan ribuan korek api yang akan menyulut semangat cinta tanah air dengan menghidupkan sejarah kembali untuk mengenang perjuangan para pahlawan.


Salam,
Dwi Puspita

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)