Ibu dan segala kekuatan yang dimilikinya

Ibu itu cahaya dari masalah gelapku.
Ibu itu penerang dari masa laluku yang kelam.
Ibu itu motivasi dalam keputus asaanku.
Ibu itu inspirasi dari segala ide-ide yang bermuculan.
Ibu itu adalah segalanya bagiku.

Karena ibu pula aku bisa seperti sekarang ini.


Terima kasih telah menemaniku sampai aku bisa memakai baju ini Ibu

***
Merinding saat aku mendengar nyanyian ini di laptop, seketika itu air mata mulai membasahi pipiku. Aku kangen ibuku, aku ingin memeluk beliau dan aku ingin mengucapkan sesuatu di telinga beliau. "Aku sayang ibu, aku akan membawa ibu ke surga dengan menjadi anak yang berbakti."


"Kata mereka diriku selalu dimanja. Kata mereka diriku selalu ditimang. Nada nada yang indah Selalu terurai darinya. Tangisan nakal dari bibirku Takkan jadi deritanya Tangan halus dan suci Telah mengangkat diri ini. Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan"


"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh. Lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan. Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah. Seperti udara... kasih yang engkau berikan. Tak mampu ku membalas...ibu...ibu. Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu. Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu. Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku. Dengan apa membalas...ibu...ibu....Seperti udara... kasih yang engkau berikan. Tak mampu ku membalas...ibu...ibu"


Jeritan ibu saat beliau melahirkanku, beliau berani mempertaruhkan nyawanya hanya untuk anaknya. Cucuran peluhnya saat menahan rasa sakit dan kram yang luar biasa. Tugasnya tidak berhenti disitu saja, beliau akan selalu sibuk dan terus sibuk mengurusi anaknya. Mulai dari menyusui dan bangun di tengah malam agar anak yang dicintainya tidak menangis karena kehausan. Mengganti popok si anak agar si anak nyenyak dalam tidurnya. Setelah itu ibu baru bisa terlelap merasakan lelah namun begitu indah. Setiap hari berjibaku dengan anaknya, memandikannya, mengajaknya berbicara, merawat sang anak ketika anak sakit. Terus dan terus tugas mulia itu dilakukannya entah sampai kapan.

Cokelat Paraline, hadiah Ultah di usia Emasmu Ibu
Sederhana dan sangat bermakna

Ibu, terima kasih walau aku tau terima kasihku tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengorbananmu selama ini. Kau mengasuhku seorang diri, kau mampu menjadi tulang punggung demi aku anakmu agar tak kelaparan. Ibu, terima kasih telah memberikan cinta tulus itu padaku. Bukti cintamu sungguh luar biasa. Tak ragu dan tak perlu diragukan lagi jika cintamu seluas Samudera Ilahi.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliaa berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)


Rumah tua yang memiliki banyak kenangan
Setelah bersusah payah mengasuhku dari kecil, masih aku repotkan lagi dengan biaya pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Ibu tak mengeluh dan tak pernah meminta aku menjadi apa nantinya. Banyak sekali yang kau berikan pada ku ibu. Mulai tenaga, materi, dan hatimu. Tak hanya biaya pendidikan, kadang aku juga merengek minta sesuatu padamu mulai dari uang jajan, uang beli baju, uang buku, uang kos, dan masih banyak lagi. Tak bisa ku balas jasa-jasamu itu.

Setiap hari tungku ini selalu mengepul demi anak-anakmu agar tak kelaparan :)

Sekarang aku hanya bisa mengunjungimu sebulan sekali. Kadang lebih dari itu. Kau menanti kehadiran anak-anakmu. Terimakasih ibu, semoga engkau selalu di jaga oleh Allah.

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)