Jangan Mengekang Anak Berlebihan Wahai Orang Tua

Tentang dipaksa dan memaksa...

Kalian pernah dipaksa melakukan sesuatu yang mana tidak kalian sukai? Tentang keinginan dan cita-cita, tentang hobi dan kesenangan, tentang semua hal yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak kita sukai.

Aku... pernah.

Aku pernah dipaksa dan itu tak sejalan dengan pemikiranku dan kesenanganku.

Dari sanalah aku mulai belajar dan memahami bahwa aku tidak akan memaksa orang kalau bukan kehendaknya. Apalagi sekarang aku berstatus menjadi orang tua dimana anakku nantinya akan aku berikan kebebasan akan menjadi apa saja asalkan dia bahagia dengan memegang akhlak dan agamanya.

Para orang tua pun tak sepatutnya mengekang anak secara berlebih, mereka juga memiliki haknya sebagai anak. Mereka bebas memilih yang mereka mau. Anak semakin dikekang akan semakin menjadi, emosi yang terpendam justru akan dikeluarkan dengan jalan yang lebih tercela, seperti membentak orang tuanya.


Seperti pada film My Generation, yang disutradarai oleh mbak Upi. Jalan ceritanya mengangkat anak jaman now yang nggak mau dikekang secara berlebihan. Dimana kebebasan dan kepercayaan orang tua perlu diberikan pada sang anak.

Mbak Upi yang juga penulis skenario My Generation telah mendebutkan film-film Indonesia, antara lain : Realita Cinta dan Rock & ROLL, 30 Hari Mencari Cinta, My Stupid Boss.


Tentang My Generation
Sutradara : Upi
Produksi : IFI Cinema
Pemain utama :
1. Bryan Langelo sebagai Zeke
2. Alexandra Kosasie sebagai Orly
3. Lutesha sebagai Suki
4. Arya Vasco sebagai Konji
semuanya pendatang baru yang belum punya pengalaman akting)

Tayang : 9 November 2017 di seluruh bioskop Indonesia


Film ini mencoba memotret kehidupan anak muda masa kini yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya. Temanya memang lebih kekinian yaitu tentang generasi milenial. Kita tahu sendiri generasi milenial kali ini sangat berbeda dengan zaman kita dahulu. Sangat jauh sekali. Orang tua yang memiliki anak di masa sekarang pasti sudah tahu perbedaannya. Anak zaman sekarang sudah melek teknologi dibuktikan dengan mereka yang usia Sekolah Dasar saja sudah bisa memainkan gadget dan leptop/komputer. Semuanya pasti jauh berbeda dengan zaman orangtuanya, maka janganlah terlalu menekan anak. Biarkan mereka berekspresi sesuai keinginannya selama yang dia lakukan masih dianggap wajar.

Film My Generation bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Keempatnya mendapati fakta bahwa liburan sekolah mereka tak istimewa. Namun hal itu membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan.

Jika kebanyakan film mengangkat sisi orang tua mempertanyakan sikap/perilaku sang anak, maka film ini justru kebalikannya mempertanyakan sikap/perilaku orang tua.

Ini sebenarnya “warning” bagi orang tua untuk “melek” terhadap realitas anak zaman millenial (gen Z) yang kritis, kreatif, open minded, dan mereka tak suka dengan sesuatu yang terlalu mengikat. Apalagi sok moralis, padahal nggak sedikit perilaku orang tua yang justru mencerminkan perilaku amoral, intolerance, suka labelling negatif, dan sebagainya. Mereka (anak-anak gen Z sebenarnya mudah diatur jika memang orang tua benar-bener bisa memberikan teladan, dan tak menghakimi apalagi suka membanding-bandingkan).




Film ini mengajak orang tua lebih peka dan memandang anak sebagai subyek, bukan obyek yang selalu dijejali dengan dogma-dogma, yang dalam kenyataannya tidak berhasil dicontohkan orang tua, dan para guru.

Tetaplah “menjadi manusia” untuk mendekati manusia jika ingin melakukan perubahan, bukan “menjadi Tuhan” yang notabene punya hak veto atas surga dan neraka. Dan, tidak juga berperan “menjadi malaikat” yang memang diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang suci karena tak punya nafsu. Manusia adalah mahluk yang sangat unik : ada nafsu-nafsu dan kita harus tetap eksis menjadi manusia yang penuh manfaat, sementara nafsu demikian bergemuruh.

Visualiasasi film ini memang terlihat begitu berani jika kita menilainya dari sisi nilai-nilai budaya “ketimuran” dan religi bangsa Indonesia. Tetapi, jika kita ingin menilik lebih dalam dan mau jujur, sebenarnya ini adalah realitas anak muda saat ini. Mengapa bisa seperti itu? Kembali pertanyaan seharusnya kembali pada kita : bagaimana kita memberikan contoh dan berprilaku. Sudahkah yang berhijab mencerminkan prilaku hijabnya dan sebagainya.

Film ini sebenarnya mengevaluasi sikap dan perilaku kita, baik yang sudah menjadi orang tua dan yang belum.

Sekali lagi, kalo kita ingin memperbaiki moralitas bangsa ini, kembalilah pada khittah kita sebagai manusia, lebih memahami dunia remaja, dan bisa open minded. Tidak memandang dunia ini serba hitam dan putih, dan langsung menyodorkan “neraka” atau “surga”.

Mari kita nilai diri kita sendiri sebelum menilai orang lain. Apakah perilaku kita sudah baik, apakah akhlak kita sudah benar, bagaimana kita seharusnya berperilaku dan berkata sebaiknya harus hati-hati dan berpikir secara realistis sebelum mengecap orang.


FAKTA-FAKTA YANG DIANGKAT DALAM MY GENERATION FILM

Jangan biarkan penilaian orang mempengaruhi hidup lo !

To much homework !. Give us a break !. Kita juga butuh kehidupan




Kadang jika ada anak seumur kami ga suka sekolah, suka bolos, cabut dari sekolah, pura-pura sakit. Jangan langsung Cuma berfikir kami pemalas. Tapi hey, coba pikir lagi. Mungkin ada yang salah degan sistem pendidikan dan pengajaraan di sekolah.And, dont get us wrong, berfikirkalo kamu benci sekolah, no



Parents tend to forget...they were once teenagers too

Jangan biarkan orang mendikte siapa kita dan jalan hidup kita. Apa yang terjadi sekarang adalah yang dicontohkan orang2 tua di atasmu, jangan dicontoh : intolerance is a crime. Hope these millennials ke depannya lebih toleran, open minded, menghargai perbedaandan lebih fokus pada prestasi dripada ngurusin remeh temeh ga penting

Sebenarnya menyebalkan, tiap kali kita bersuara dianggap sebagai pembangkang Sometimes we make mistakes

Kenapa orang tua selalu bilang : kalo jaman mereka dulu semuany lebih baik dari sekarang




You won‟t feel insecure becaue you have friends who love you for who you are

Orly : kita dipaksa mencerna bejibun mata pelajaran dan diharuskan menguasai semuanya. Hey, bahkan satu guru hanya menguasai satu mata pelajaran



We live in a system that never appreciate art. We‟re always judge by our math grade, but never of art, so no wonder kalo acara TV kita sucks.

Penasaran seperti apa ceritanya? Saksikan di bioskop-bioskop kesayangan Anda tanggal 9 Nopember 2017.

Salam,
Dwi Puspita

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)