Sulitnya Move On Dari Kampung Halaman

Iyessss... i'm come back. Setelah melewati liburan lebaran yang sangat singkat, padat dan jelas membuatku malah susah move on dengan kampung halaman tercinta. Liburan yang hanya bisa dihitung dengan jari, lebih tepatnya 10 hari yang membuatku malah ketagihan untuk berlama-lama dikampung halaman + 3 hari liburan lagi seminggu setelahnya. Sebenarnya aku sih bisa liburan lebih lama, tapi pak suami yang harus balik ke perantauan dan siap mencari nafkah kembali. Sebagai istri yang sholehah harus ikut kemana suaminya pergi donk, termasuk merantau. Wekekekek...



Cerita kali ini tidak disponsori macam iklan apapun. Ini murni cerita cuap-cuapku selama liburan di kampung halaman tercintah. Madura... iyesss aku pulang kampung ke tanah kelahiranku Madura, tepatnya Pamekasan. Tidak hanya aku saja yang bahagia pulang kampung, pastinya suamiku juga. Kami sama-sama dari Madura yang kadang membuatku bersyukur karena saat pulang kampung kita bisa bersama tanpa harus memikirkan harus ke rumah siapa duluan. Yah... intinya kami bahagia.

Yang aku suka saat pulang kampung adalah bisa merefresh pikiranku. Melihat pemandangan alam didepan mata. Lahan luas dengan pohon mangga, sawah dengan tembakau atau padinya, serta semilir angin yang bisa dinikmati diberanda sambil makan nasi jagung dan ikan asin. Mantapppp... tak lupa sambel terasi dan lalapannya. Lengkap sudah kebahagianku.

Anakku, Ayman juga ikut bahagia. Mendapatkan tanah lapang didepan mata. Tanah lapang dengan alas tanah dan rumput hijau dikelilingi pohon mangga yang membuat sejuk dan adem saat mata memandang. Ayman berlarian diantara rumput-rumput hijau itu. Tanpa menggunakan alas kaki dia berlarian, bersenda gurau dengan sepupunya. Pastinya moment bahagia ini aku abadikan disetiap cekrekan kamera ponselku.



Setelah puas berlarian dan tidak ada kata bosan untuk bermain, lanjut Ayman dan sepupunya main tanah. Jual-jualan mungkin lebih tepatnya. Aku biarkan saja, walauoun baju dan celana Ayman kotor toh dia bahagia. Kapan lagi dia bisa bermain tanah di halaman seluas ini. Biarkan dia belajar, mumpung ada media gratis didepannya. Dia mulai belajar memegang, memindahkan, dan menabur tanah itu. Dia mengamati setiap gerakan yang dilakukan sepupunya dan Ayman menirukannya. Silahkan bereksplorasi Nak... silahkan berkotor ria.




Di perantauan mungkin kita tidak akan mendapatkan tanah lapang seperti di kampung. Yang ada hanya lahan sempit yang Mama sulap menjadi tempat bermainmu, bermain air. Iya... lahan sempit itu diluar pagar rumah kami, di atas got namun aku sulap menjadi taman mini yang tampak rindang agar Ayman bisa bermain disana. Mama memang sengaja menanam pohon Mangga dan Apokat agar nantinya pohon ini memiliki daun yang banyak sehingga membuat rumah adem, sejuk karena rimbun. Mama berharap juga agar pohon ini dapat menghasilkan buah yang banyak, agar kelak Ayman dan adik-adiknya bisa memetik buah mangga tersebut.



Kembali lagi cerita kampung halaman. Kampung halamanku itu bisa dinikmati dari 4 sisi. Depan, belakang, kanan, dan kiri. Sisi depan akan mendapatkan hamparan tanah luas, atau disebut halaman. Di halaman ini bis atau truck bisa masuk dan parkir, so sudah ada gambaran bukan luasnya lahan nenekku. Inilah yang bikin aku betah, betah pulang kampung dan menikmati alam bebasnya. Berlarian kesana kemari di halaman nenek, bikin aku nggak mau balik lagi ke perantauan. Hiks...
Sebelah kanan rumah nenek aku bisa melihat sawah yang terhampar luas. Biasanya paling sering aku memanjakan diri ditempat ini. Sambil makan nasi jagung dan ikan asin pun aku disuguhi dengan anak-anak yang bermain layangan. Indah sekali pemandangannya...



Disebelah kiri adalah kebon, disinilah segala macam sayuran tumbuh. Mulai dari pohon mangga, pepaya, cabe, tomat, bayam, cincau, kenikir, dll. Kebon nenek yang subur ditumbuhi aneka sayur dan buah, saat butuh tinggal memetiknya. Jarang sekali beli, apalagi cabe. Saat harga cabe meroket, nenekku tinggal main petik aja di kebon.



Kalau dibelakang rumah nenek adalah hutan bambu. Seremmm... tapi asyik buat foto-foto. Di Surabaya mah jarang banget ditemui hutan bambu yang rimbun seperti ini. Mumpung gratis dan bener-bener hutan bambu alami bolehlah aku gegayaan disini. Hehehe...
Hutan bambu ini sebenarnya milik orang, dijual kalau perlu. Perpohonnya lumayanlah, mungkin bisa untuk beli beras 1 sak (5 kg). Investasi disini macam-macam, ada investasi pohon bambu, pohon jati yang nantinya memang bisa dijual saat orang membutuhkan.



Iyesss...udah dulu ya. Ini hanya cerita biasa tentang kampung halamanku dan susahnya move on dari kampung halaman tercinta karena harus balik keperantauan lagi. Namun tanah rantau memberikan  rezeki juga untuk keluarga kami. Walaupun tinggal dirumah yang hanya sepetak namun rumah itu didapatkan dari jerih payah aku dan suami. Berangkat pagi pulang malam untuk mendapatkan rezeki yang halal dan berkah dari Allah.
Walaupun ibu rumah tangga yang nyambi cuap-cuap di blog tak menyurutkan hasratku untuk selalu menjadi lebih baik. Ibu rumah tangga harus tetap produktif disela-sela kesibukan mengurus anak. Ganbate lah pokoknya....
Tapi e tapi... aku berharap tiap minggu bisa pulang kampung. Semoga aja beneran ada proyek untuk pak suami di kampung halaman dan kami bisa hip hip hura pulang kampung tiap minggu.

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)