Mudahnya Mengerjakan Soal Dengan Stylus dari Faber-Castell Saat PJJ dan PTM

Buibu, boleh curhat nggak? Sebenarnya saya bukan tipikal ibu yang sabar loh. Apalagi saat menghadapi PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) awal tahun 2020 kemarin. Beneran deh saya mumet banget menghadapi anak saya yang selalu bermalas-malasan saat mendapatkan tugas dari gurunya. Ya mau gimana lagi, akhirnya saya terbawa emosi dan marah-marah sambil menyuruh anak saya untuk segera mengerjakan tugas dari gurunya.

Drama pembelajaran jarak jauh


Tidak berhenti disitu, ternyata anak saya malas banget buat mengerjakan soal-soal dari gurunya dengan berbagai alasan. Setiap soal yang akan dikerjakan selalu bilang nggak tahu, nggak tahu, dan nggak tahu. Padahal saya yakin, anak saya bisa namun karena sudah malas untuk berpikir mengerjakan soal-soal yang diberikan gurunya akhirnya kalimat tidak tahu yang lebih dulu terlontar. Kadang alasan jaringan error, form gak bisa dibuka, kesulitan menulis jawaban di layar hape karena telapak tangan basah atau ujung jarinya besar dan sebagainya.

Saya terdiam dan berpikir apakah para orang tua yang lain seperti ini juga menghadapi PJJ si anak?

Ya, saya yakin sebagian orang tua pasti merasakan hal yang sama seperti saya. Mumet alias pusing yang berujung si ibu keluar tanduk dan taring. Masalah PJJ seperti ini sebenarnya bukan hanya orang tua yang pusing, masalah PJJ pun diderita oleh para siswa dan guru. Oleh sebab itu pada webinar yang diadakan oleh Faber-Castell saya mengikutinya dengan seksama karena materinya ngena banget buat saya, yaitu "Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PTM". Pembicaranya antara lain ibu Saufi Sauniawati dan Pak Christian dari Faber-Castell yang dipandu oleh mas Andri Kurniawan.
Refleksi pendidikan indonesia antara pjj dan ptm

Bu Saufi membahas masalah PJJ yang banyak dialami oleh siswa, orang tua, dan para guru secara real. Kendala dan masalah pada siswa dalam menghadapi PJJ memang dari lemahnya proses belajar, pemberian tugas dirasakan berat karena berbeda antara tujuan pengajar (guru) dan orang tua. Kemampuan anak dalam menggunakan perangkat (smartphone, leptop, komputer) pembelajaran masih minim karena belum terbiasa. Distorsi dengan permainan online ketika belajar menggunakan gadget. Biasanya mereka semangat dengan gadget bukan untuk mengerjakan soal ataupun berlatih soal namun karena ingin bermain game. Kebiasaan tidak pergi sekolah adalah libur masih tertanam pada siswa sehingga kadang mereka masih malas jika disuruh ke sekolah.

Kurangnya sosialisasi terhadap teman-teman sekelasnya sehingga membuat pembelajaran terasa berat karena dikerjakan sendiri dan mencari referensi sendiri tanpa ada semacam belajar kelompok. Monotonnya pemberian tugas dari para pengajar juga membuat siswa jenuh.

Sedangkan masalah yang dihadapi para orang tua dalam penyiapan fasilitas, belum mengetahui secara rinci platform dan troubleshooting untuk pembelajaran daring, kendala prilaku anak seperti apa, perbedaan pola target pembelajaran antara guru dan orang tua, orang tua belum dapat menjadi motivator yang baik untuk anak, beratnya menerapkan disiplin pada anak, waktu yang terbatas antara orang tua dan anak jika orang tuanya semuanya bekerja.

Sedangkan untuk Guru, fungsi dan pemberian pola materi dengan berbagai platform agar lebih bervariatif. Namun kadang bebei ada yang belum memahami trouble shooting, selain itu pembelajaran masih belum bisa menciptakan bonding antara para siswanya walau pembelajaran jarak jauh, guru pengajar harus memberikan tugas yang kreatif agar siswa tidak bosan dan tidak ada cerita pembelajaran tidak menarik dan tidak menyenangkan.

Memang sih, paradigma pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi covid-19 pasti dirasakan oleh semua pihak antara lain siswa, orang tua dan guru. Memang tak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran jarak jauh ini benar-benar memberikan dampak tersendiri yang bisa dirasakan oleh siswa, orang tua dan guru.

Tujuan PJJ sendiri untuk para guru, siswa dan orang tua walaupun berbeda pastinya saling berkaitan erat dan memiliki goals akhir yang sama.

Guru sebagai motivator pastinya memberikan motivasi, monitoring, dan evaluasi pada siswanya. Mereka juga tidak semena-mena memberikan tugas pada siswa dan harus kreatif dalam memberikan soal agar siswa semangat dan tak jenuh dalam pembelajaran jarak jauh ini. Selain itu gurupun harus komunikatif terhadap siswa dan orang tua agar masalah pembelajaran bisa dihadapi bersama. Peran guru terutama wali kelas dengan membuat materi bahan ajar secara kreatif, sebagai guru pamong, sebagai pengawas, sebagai motivator.

Orang tua pun diharapkan menjadi pendamping dan memonitor anak-anaknya saat PJJ berlangsung agar mereka tetap fokus dengan kegiatan belajar mengajar walupun hanya di rumah. Peran orang tua disini sebagai pembimbing anak saat malas belajar misalnya, sebagai fasilitator jika butuh sesuatu misal alat tulis, sebagai pengawas antara waktu belajar dan bermain, dan sebagai motivator disaat anak mulai down dan tidak bersemangat belajar.

Tujuan PJJ untuk siswa agar mereka lebih inovatif dalam memberikan berbagai jawaban dalam permasalahan yang diberikan oleh gurunya. Peran siswa, sebagai siswa yang bertanggung jawab, sebagai siswa yang inovatif, sebagai siswa yang inquiry, sebagai siswa yang baik berkomunikasi.

Jangan hanya melihat negatifnya saja, namun dampak positif pandemi di bidang pendidikan bisa juga dirasakan, seperti :

  1. Pengembangan karakter anak contohnya anak belajar soft skill seperti beberes rumah.
  2. Anak semakin kreatif contohnya mengerjakan tugas menggunakan perangkat elektronik.
  3. Portal pendidikan berkembang pesat seperti munculnya portal rumah belajar dan tayangan TVRI belajar dari rumah.
  4. Orang tua mengenalkan lebih dalam kemampuan belajar anak, semakin banyak dukungan orang tua untuk anak.

Sistem evaluasi pembelajaran pun dari harian, praktek dan ujian selama PJJ ini memang butuh yang namanya gadget dan jaringan internet. Selain itu platform seperti Zoom, WhatsApp, Google Form juga sangat penting dalam mengerjakan tugas daring tersebut untuk para siswa.

Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan dilaksanakan dalam bentuk portofolio dan tes tertulis. Portofolio berupa evaluasi nilai raport, sikap/perilaku dan prestasi yg diperoleh sebelumnya. Penugasan, tes secara luring/daring. Bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Bentuk penilaian tes tertulis seperti mengerjakan soal di platform, misalnya Google Form dengan menjawab pertanyaan berupa pilihan ganda atau isian. Hal mengerjakan soal ini kadang menjadi permasalahan sendiri terhadap siswa seperti telapak tangan berkeringat sehingga mempersulit saat menjawab soal di gadget, atau alasan ukuran jari besar sehingga menyulitkan saat mengisi jawaban di gadget.

Stylus faber castell

Kini Faber-Castell mengenalkan Stylus yang membantu mengerjakan soal dengan mudah di gadget. Stylus ini sangat nyaman sekali dalam mengerjakan dan menjawab soal-soal pada layar hape maupun laptop. Tidak akan ada cerita kesulitan mengerjakan soal di gadged karena telapak tangan basah atau ukuran jari yang besar.

Stylus faber castell


Stylus bisa di pakai di hape android maupun iPhone. Bisa juga di laptop ataupun komputer yang sudah memiliki fitur layar sentuh.

Stylus faber castell


Isi paket belajar online dari Faber-Castell terdiri dari pensil 2B, ballpen, stylus, penghapus, dan rautan pensil.

Isi paket belajar online faber castell

Sudah siapkah PTM (Pembelajaran Tatap Muka)? Nah, poin penting yang harus diketahui para orang tua antara lain:
  1. Tatap muka sudah diperbolehkan sejak Januari 2021
  2. Sekolah yg sudah divaksin, wajib membuka kelas tatap muka terbatas
  3. Pembelajaran tatap muka terbatas mengkombinasikan pelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh
  4. Pembelajaran tatap muka maksimal 50% dari jumlah siswa perkelas
  5. Orang tua dapat memilih bagi anaknya untuk melakukan tatap muka terbatas atau pembelajaran jarak jauh
  6. Wajib mematuhi protokol kesehatan

Selain itu, hal-hal yg harus dipersiapkan oleh orang tua dan anak antara lain :

  1. Carilah aturan tatap muka terbatas di kota Anda
  2. Mulai mendisiplinkan kembali jam tidur dan jam bangun
  3. Orang tua masih tetap harus mengawasi pembelajaran jarak jauh dan tetap memfasilitasi kebutuhan pembelajaran jarak jauh dengan lebih cermat dan cerdik
  4. Ajarkan protokol kesehatan, tekankan pada anak jangan minta makanan atau minuman bekas teman, jangan berpelukan, jangan bergantian masker.
  5. Mengurangi bermain game, mulai memberikan kegiatan after school activity offline
Baik itu pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran tatap muka yang terpenting kita sebagai orang tua selalu memberikan motivasi, pendampingan, dan fasilitas yang dibutuhkan. Semoga pendidikan di Indonesia lebih baik dan mencetak generasi-generasi yang produktif dan akhlak yang baik.


Salam,
Dwi Puspita







No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)