Cinta bagi saya hanya sebuah perasaan yang kadang menipu namun mampu membuat saya tak bisa berpikir realistis. Cinta kadang mampu mengubah saya menjadi pribadi lain agar bisa dicintai dengan sepenuh hati. Cinta kadang menjadi bualan yang membuat saya makin terperangkap.
Saat ditanya, kapan pertama kali jatuh cinta? Jujur, saya bingung. Jatuh cinta sama siapa ya? Kalau terjatuh sih sering banget, jatuh dari sepeda, dari atas kasur, jatuh dari atas pohon mangga, dan masih banyak pengalaman jatuh lainnya. Nah, ngomongin cinta tuh mana ya enaknya yang mau dibahas.
Saat ditanya, kapan pertama kali jatuh cinta? Jujur, saya bingung. Jatuh cinta sama siapa ya? Kalau terjatuh sih sering banget, jatuh dari sepeda, dari atas kasur, jatuh dari atas pohon mangga, dan masih banyak pengalaman jatuh lainnya. Nah, ngomongin cinta tuh mana ya enaknya yang mau dibahas.
Ngomongin pertama kali jatuh cinta bagi saya tak ada, semuanya hanya sampah yang patut dibuang. Masa lalu bagi saya hanya menjadi kerikil tajam karena kini saya sudah bahagia dengan keluarga saya. Please, itu definisi cinta bagi saya pribadi loh ya... Saya memang sudah sengaja membuang jauh bentuk cinta-cintaan itu. Mencintai keluarga terutama ibu saya jauh lebih berharga daripada mencintai anak orang. Ibu adalah cinta saya, sejak saya ada di rahimnya, sejak saya mendengar detak jantungnya untuk pertama kalinya.
Mendapatkan seorang laki-laki yang kini telah menjadi suami saya dan menjadi seorang ayah dari dua anak yang sangat bertanggung jawab. Berangkat pagi pulang malam demi mencari nafkah keluarga kecilnya. Melihat cintanya begitu besar pada keluarganya pun membuat saya semakin mencintainya. Itulah kali pertama saya mencintai anak orang.
Saya memang sengaja melihat masa depan dan melupakan masa lalu. Dengan laki-laki yang menjadi imam saya kini. Selalu mengingatkan saya akan Tuhan dan selalu memberikan manfaat kepada sesama. Hanya itulah amal kita kelak saat meninggal dunia. Bagaimana saya tak mencintainya, ketika urusan dunia dan akhirat berjalan beriringan.
Saya yang kadang gila dunia pun tersentak dengan nasehat dari imam saya. Keluarga tetap menjadi kunci utama karena tanpa mereka saya pun tak kan bisa tumbuh seperti sekarang ini. Pembahasan ini cukup berat kalau diteruskan, oke saya skip aja. Lagian siapa juga yang mau baca curhatan saya sampai kesini. Hehehe...
Bagi saya cinta itu rasa yang timbul tenggelam. Kini saya mempunyai cinta baru, yaitu mencintai anak-anak saya. Apalagi saat mengetahui bahwa di rahim ini ada detak jantung yang saling bergantian iramanya dengan irama jantung saya. Ah, rasanya saya makin mencintainya terlepas setelah melihatnya lahir ke dunia. MasyaAllah...
Benar-benar setelah memiliki anak saya makin jatuh cinta. Ingin sekali menjadi milik saya namun hanya titipan. Saya hanya bisa memberikan cinta dan perhatian pada anak-anak saya agar mereka menjadi pribadi yang penuh cinta juga. Sederhana sebenarnya cinta itu, sesederhana kita mencintai diri kita sendiri.
Benar-benar setelah memiliki anak saya makin jatuh cinta. Ingin sekali menjadi milik saya namun hanya titipan. Saya hanya bisa memberikan cinta dan perhatian pada anak-anak saya agar mereka menjadi pribadi yang penuh cinta juga. Sederhana sebenarnya cinta itu, sesederhana kita mencintai diri kita sendiri.
Semoga kelak cinta ini abadi di surga Nya, semoga Allah tetap meridhai cinta keluarga kami.
Salam,
Dwi Puspita
bener banget mbak, kita ga boleh terlalu ngikutin banget cinta-cinta yang fana gitu, karena ga akan ada ujungnya
ReplyDelete