Seperti Ini Cara Memperingati 17 Agustus di Tempat Tinggal Saya

Alhamdulillah... acara 17 Agustusan di tempat tinggal saya berjalan dengan lancar dan terbilang cukup sukses walaupun tidak begitu meriah jika dibandingkan kawinan artis papan atas. Namun tetap memberikan makna tersendiri bagi warga di lingkungan tempat tinggal saya. Untuk memperingati 17 Agustus, warga perumahan saya memperingati berbagai macam lomba yang diikuti oleh anak-anak, ibu-ibu, dan bapak-bapak.



Acara lomba tersebut seru banget, pasalnya ibu-ibu yang kerjanya uprek di dapur atau dengan gaya feminimnya memakai kemeja kerja atau pakaian yang modis harus rela ikut serta dalam lomba 17 Agustusan ini. Yang paling berkesan adalah lomba sepak bola ala ibu-ibu namun harus memakai kostum sarung. Yesss... pastinya sarung suami yang dipakai. 

Hal yang mengundang gelak tawa, pasalnya main bola pake sarung. Mau nggak mau saat menggelinding bola untuk masuk gawang si sarung harus diangkat. Dan... dengan modal seadanya bola digelinding rame-rame. Berikut keseruan bermain sepak bola ala ibu-ibu dengan memakai sarung suami. Coba tebak... saya yang mana ya?



Malam 17 Agustusan di lingkungan tempat tinggal saya juga mengadakan acara berupa tirakatan. Tujuannya adalah mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam melawan penjajah. Warga perumahan RT saya berkumpul di jalan utama dengan duduk beralaskan tikar dan lampu yang remang-remang. Bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak turut hadir dalam acara malam Tirakatan tersebut. Pada malam Tirakatan, setiap KK wajib membawa 2 nasi kotak untuk disetorkan pada koordinator. Nantinya nasi kotak tersebut yang sudah terkumpul akan dibagikan kepada warga yang datang pada malam Tirakatan. Berikut cuplikan acara malam Tirakatan di tempat tinggal saya.


Acara malam Tirakatan yang juga menjadi ajang berkumpulnya para warga memberikan antusias yang luar biasa. Pada malam Tirakatan ini juga beberapa ibu-ibu menampilkan kemampuannya dalam membacakan puisi di depan warga. Selain ada lomba puisi juga ada lomba tumpeng untuk masing-masing Dasa Wisma. Pembuatan tumpeng juga perlu dana, untuk itu masing-masing rumah harus memberikan kontribusi sebesar 25 ribu rupiah. Ini sudah termasuk dana pembelian bahan-bahan tumpeng dan bahan cat. Cat...? untuk apa?

Cat digunakan untuk mempercantik jalan, karena tiap gang Dasa Wisma akan dinilai dan diikutkan lomba 17 Agustus. Siapa saja yang grup gang perumahan penataannya bagus dan cantik maka dialah pemenangnya. Oh iya... ini ada cuplikan video tumpeng grup saya yang serba rempong.


Malam berikutnya diadakan malam pentas seni dan keakraban untuk warga RT di lingkungan perumahan tempat tinggal saya. Tujuannya adalah menjalin keakraban antara satu warga dengan warga lainnya. Siapa saja boleh mengikuti pentas seni ini, tapi sepertinya hanya ibu-ibu dan anak-anak saja yang semangat. Seperti grup Dasa Wisma saya yang memberikan penampilan yang luar biasa. Syukur-syukur panggung nggak ambruk gara-gara gerakannya. Hahaha...


Nah, seperti itulah cerita keseruan memperingati 17 Agustus di tempat tinggal saya. Acara yang penuh makna dan sangat memberikan manfaat pada warga. Makna dari memperringati 17 Agustus adalah kita akan selalu mengenang jasa para pahlawan yang melawan penjajah hingga titik darah penghabisan hingga negara Indonesia merdeka. Manfaatnya adalah dengan adanya acara ini maka warga bisa berkumpul menjadi satu, yang tidak kenal bisa kenal dan yang sudah kenal menjadi tambah kompak.


Salam,
Dwi Puspita



No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)