Mengatasi Baby Blues dan Mengetahui Cara Yang Benar Menyusui Bayi

Masih teringat jelas saat dokter mengangkat bayi yang ada di rahim saya di ruang operasi pada waktu itu. Sepertinya si dokter telah berhasil mengubek-ubek perut saya dan mengambil si bayi dari rahim saya. Suara tangisannya bayi itu memecah semuanya. Antara sadar dan tak sadar namun saya mendengar suara tangisan bayi itu dengan jelas. Saya bahagia. Ya saya bahagia. Saya menjadi ibu.

Sebelum tiduran dan kaki diangkat, punggung saya disuntik. Saya takut, takut sekali. Terbesit pikiran jelek, masak sih hidup saya harus berakhir di ruang operasi ini. Namun, semua pikiran itu meleset. Sampai sekarang saya masih hidup bahagia membesarkan si bayi yang kini sudah berumur 2 tahun lebih.

Tak mudah membesarkan bayi itu hanya seorang diri. Tak ada ibu, mertua, ataupun keluarga. Tinggal sendiri di rumah dengan suami yang berangkat pagi pulang malam untuk mencari nafkah. Rasa pengen marah dan ingin mencabik-cabik bayi saya waktu itu pernah saya alami. Ya benar, saya menderita baby blues.

Awal kelahiran saya dibantu dan dijaga mertua. Setelah 2 bulan itu saya merawat si bayi sendiri. Mertua saya balik ke kampong dan memasrahkan saya merawat bayi itu sendiri. Awalnya saat ditinggal mertua saya biasa-biasa saja merawat si bayi, namun lama kelamaan saya jengkel sendiri saat si bayi nangis dan nggak mau diam. Kadang saya emosi sendiri dan rasanya ingin mencabik cabik itu bayi agar bisa diam dari tangisannya.

Apa yang pernah saya alami ternyata juga pernah dialami ibu-ibu muda lainnya. Memang tidak semua ibu-ibu muda mengalami hal seperti ini namun kebanyakan dari mereka pernah mengalami hal yang dinamakan baby blues. Baby Blues atau disebut juga Postpartum Distress Syndrome adalah kondisi terganggunya mood (suasana hati) yang terjadi setelah melahirkan.



Menurut Psikolog Naftalia Kusumawardhani, S.Psi, M. Psi memang baby blues hampir diderita 50-80 persen dialami oleh wanita yang melahirkan, khususnya kelahiran pertama. Namun tidak menutup kemungkinan setelah kelahiran anak keberapapun, ibu bisa mengalaminya. Pada umumnya Baby Blues ini dialami ibu dalam waktu 3-4 hari setelah melahirkan hingga 14 hari kemudian.

Gejala Baby Blues memang unik dan beragam menurut ibu Naftalia. Contohnya saja, ditegur sedikit oleh ibu mertua dia (yang menderita baby blues) akan menangis,karena biasanya mereka mudah tersinggung (sensitif). Kadang merasa gelisahan tanpa sebab, merasa takut, tidak percaya diri, dan tidak tertarik merawat bayi.

Orang-orang yang menderita baby blues seperti itu bukannya kita jauhi namun sebenarnya mereka butuh perhatian dari orang-orang sekitar. Dengan perhatian dan pengetahuan yang didapat gejala baby blues bisa saja diminimalisir. Oleh sebab itu mengatasi baby blues sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan sangatlah penting sekali. Berikut cara-cara yang telah diterangkan oleh Ibu Naftalia.

Cara mengatasi Baby Blues sebelum melahirkan :
  1. Menambah wawasan tentang proses kelahiran. Wawasan seperti ini sangat penting sekali, bisa didapatkan melalui buku, internet, ataupun bertanya pada yang berpengalaman 
  2. Meminta bantuan/dukungan dari keluarga. Dukungan dari keluarga sangat penting sekali terutama keluarga dekat seperti suami, ibu, mertua, dan saudara.
  3. Menyelesaikan persoalan yang ada. Hendaknya segala persoalan yang natinya akan menjadi pikiran ataupun beban diselesaikan terlebih dahulu dengan mencari jalan keluar. Usahakan ibu hamil jangan terlalu banyak pikiran dan stress.
  4. Punya selera humor. Usahakan ibu hamil banyak bergurau dengan teman maupun keluarga. Merileksasikan pikiran dengan candaan dan tertawa pastinya akan melepas beban dan rasa stress.
  5. Merasa positif dan pikiran positif. Pastinya pikiran positif tidak hanya membantu ibu hamil saja, orang yang berpikiran positif pasti hidupnya lebih bermakna dan bahagia. Merasa tak ada beban negatif dalam pikirannya dan orang-orang seperti ini akan tampak bahagia selalu.
  6. Bergabung dengan komunitas ibu-ibu sangat membantu sekali. DIsana kebanyakan mereka akan menceritakan pengalaman mereka terutama kondisi mereka saat hamil maupun melahirkan. Dengan demikian selain wawasan yang didapat kita pun mendapatkan dukungan dari mereka.

Cara Mengatasi Baby Blues setelah melahirkan :
  1. Mempersiapkan mental dan bayangankan bahwa Saya adalah pejuang kehidupan.
  2. Minta bantuan suami atau keluarga lain.
  3. Hilangkan rasa kuatir tentang penampilan, makan minumlah yang bergizi.
  4. Relaksasi dengan pijat/spa atau tidur selagi ada kesempatan.
  5. Cari bantuan professional

Kalau menurut saya pribadi yang pernah mengalami Baby Blues saat kelahiran anak pertama itu karena stress, saya terlalu banyak mikir yang enggak-enggak. Selain hormonal mungkin juga karena emosi saya yang naik turun. Emosi karena tangisan bayi sedangkan bayinya tetap menangis walaupun sudah digendong dan dinenenin. Solusi saya waktu itu adalah perbanyak ingat Allah dengan istighfar agar saya selalu sabar dan berpikir positif dan saya juga bekerja sama dengan suami waktu itu. Saat malam hari yang menggendong anak saya adalah suami karena saya sudah capek menjaganya dari pagi sampai sore. Intinya kerjasama antara suami, istri dan keluarga sangat berperan penting.




Talkshow dengan pembicara selanjutnya adalah dokter Stephanie Dwi Astuti, Sp. A (dokter spesialis anak) menjelaskan pentingnya menyusui bagi seorang ibu setelah melahirkan. 

Nah, ngomong-ngomong menyusui, dulu saya hampir nggak mau menyusui si kecil. Soalnya payudara saya sakit pake banget setelah melahirkan. Disentuh aja sakit, apalagi kena senggol, wah pasti deh saya menahan rasa sakit dengan berteriak. Agar cepat sembuh dari masalah bengkak payudara ini segerakan untuk menyusui bayi kita. Dan memang benar sekali setelah si bayi mulai menghisap payudara sakitnya lumayan berkurang. Plong bangetttt Saya merasaka ASI yang dihisap bayi saya benar-benar mengurangi rasa sakit yang saya derita.

Mengapa seorang bayi harus segera disusui? Karena ternyata ASI mengandung zat-zat yang lengkap, steril dengan suhu yang optimal, mudah dicerna dan diserap oleh bayi, resiko alergi tidak ada, dan melindungi terhadap infeksi.

Saat si ibu terkena infeksi nantinya sel darah putih ibu memproduksi antibodi. Sebagian sel darah putih mengalir ke payudara dan memproduksi antibodi tersebut. Nantinya antibody ibu akan dikeluarkan ke ASI untuk melindungi bayi. Dengan adanya antibodi yang diserap oleh bayi akan mengurangi resiko alergi dan bisa saja tidak aka nada resiko alergi.



Pada saat akan memberikan ASI pada bayi harus benar-benar diperhatikan waktunya, yaitu bayi benar-benar lapar dan juga usahakan sesering mungkin. Pada saat bayi lapar dan ingin menyusui itu terlihat jelas ketika bibirnya sedikit maju untuk mencari puting payudara. Kalau saya mendapat saran dari dokter hendaknya minimal 2 jaman bayi segera disusui.

Waktu-waktu saat akan memberikan ASI pada bayi :
  • Persiapan menyusui, dimulai pada saat usia kehamilan 7-8 bulan. Pada usia ini payudara harus benar-benar dirawat. Khususnya pada bagian puting. Jika puting ada yang terbenam hendaknya diterapi menggunakan metode spuit.
  • Cara menyusui. Cara menyusui yang nyaman pastinya akan memberikan kenyamanan bagi ibu dan bayinya. Untuk ibu, yang penting adalah posisinya saat menyusui si bayi bisa dilakukan duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman dan relaks. Untuk bayi, posisi kepala dan badan bayi dalam garis lurus, seluruh tubuh bayi tersangga dengan baik, wajah bayi berlawanan dengan puting dan payudara, perut bayi menyentuh perut ibu. Pengalaman saya menyusui bayi saya bisa kedua-duanya, yaitu berbaring maupun duduk. Saya memang mengambil posisi yang nyaman menurut saya. Kalau saya capek atau mengantuk saya memilih menyusui bayi dengan berbaring karena saya lebih relaks.
  • Lama menyusui. Bayi yang masih berumur 1-3 hari biasanya menyusui 4-5 menit. Setelah umur 4 hari waktu menyusui 10-15 menit. Kalau pengalaman saya sendiri, bayi saya akan berhenti sendiri saat sudah kenyang. Nantinya bayi saya akan melepas puting payudara dengan sendirinya. Dengan cara bergantian saya memberikan payudara kanan dan kiri saya untuk menyusui si kecil karena jika tidak akan menyebabkan volume payudara kurang seimbang. 

Dari yang dijelaskan oleh dokter Stephanie bahwa susu ibu ASI itu ternyata hampir sama kandungannya dengan susu sapi. Oleh sebab itu mengapa susu formula menggunakan susu sapi, bukannya susu kuda ataupun kambing.

Kurang lebih seperti itu acara yang diadakan oleh Orami yang bertempat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya. Pada acara ini juga banyak sekali sponsor yang mendukung terselenggaranya acara ini seperti Ultra Mimi, Go Life Surabaya by Gojek Indonesia, Bambi Baby, Mom & Jo Surabaya, serta Rumah Sakit Mitra Keluarga.

Semoga nantinya untuk anak kedua, ketiga dan seterusnya saya tidak mengalami Baby Blues lagi. Cukup anak pertama saja dan itupun sampai sekarang kadang saya masih dihantui rasa bersalah mengapa saya sampai mengalami Baby Blues. Dengan adanya wawasan dan ilmu ini bisa memberikan sedikit ilmu dan gambaran yang bermanfaat untuk kedepannya. Yuk semangat para Ibu, mari kita perangi Baby Blues agar tidak terjadi pada diri kita.

Salam,
Dwi Puspita



No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)