Yang Terjadi Sebenarnya Saat Penerapan Social Distancing

Yang Terjadi Sebenarnya Saat Penerapan Social Distancing


Kalau saya pribadi lebih memilih physical distancing, karena setiap hari saya tetap bersosial dengan para tetangga. Ya tentunya berbicara dengan tetangga tapi dengan jarak tertentu. Yang bila bertemu seseorang kini pun tak pernah berjabat tangan karena kami saling menggunakan salam "Namaste" pun dengan mulut dan hidung tertutup masker. Hal seperti ini sudah sangat wajar di tengah pandemi yang sedang melanda Indonesia. 




Untuk masalah keluar rumah pun tidak terlalu sering. Saya hanya keluar saat darurat, misal persediaan beras, telor, minyak goreng habis maka saya harus segera keluar rumah untuk membelinya. Entah itu beli di warung, mini market intinya yang paling dekat dengan rumah dan persediaan kebutuhan yang saya butuhkan ada di toko tersebut. Ya itung-itung saling membantu para tetangga di tengah pandemi korona ini. 


Adanya physical distancing pun membuat saya harus tetap nyaman di rumah karena di rumah merupakan tempat yang aman menurut saya berkumpul dengan keluarga. Bukan maksud menjauh, tapi dengan tetap menjaga jarak antara orang yang satu dengan yang lainnya lebih baik untuk keadaan seperti sekarang ini.


Cuma kadang saya masih heran sama mereka yang tidak menuruti anjuran yang sudah ditetapkan. Kok ya masih ada yang cangkruk di warung kopi, toh lebih baik tiduran di rumah, di kos nonton TV, atau mengerjakan kegiatan lainnya di rumah. Yah walaupun saya tahu tidak semudah itu tapi kan dengan mematuhi anjuran tersebut diharapkan pandemi ini segera berakhir. Kalau pandemi berakhir kita juga kan yang bahagia.


Pada kenyataannya penerapan social distancing atau physical distancing masih ada yang belum mematuhi. Mereka masih sak karepe dewe, kita lihat saja contohnya di pasar. Banyak yang masih umpel-umpelan antri beli daging, ikan, sayur, dan kebutuhan lainnya. Padahal demi social distancing ini beberapa masjid tidak mengadakan sholat berjamaah pun jika ada mereka yang sholat diberi jarak minimal 1 meter dengan jamaah lainnya. Nah, terus apa kabar orang-orang yang di pasar jika mereka tetap umpel-umpelan saat antri membeli?


Ya sudah deh, mau gimana lagi. Dikasih tau sudah, disosialisasi sudah, yang penting kita bisa menjaga diri kita agar tetap patuh dengan anjuran yang sudah dikeluarkan oleh beberapa kepala daerah. Kita mulai dari diri sendiri dan keluarga. Nggak usah keluar rumah kalau nggak penting-penting amat karena di rumah saja lebih baik di tengah pandemi ini.


Salam,
Dwi Puspita

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)