Dahsyatnya Ibadah Haji

Sebagai umat muslim siapa sih yang nggak mau ke Baitullah karena ke Baitullah yang dikenal dengan istilah Haji atau Umroh  merupakan salah satu cita-cita umat muslim yang memang mampu (mampu hati, mampu tenaga, mampu materi) dan memang mendapat panggilan dari Nya. Mengapa demikian? Kita lihat saja, banyak sekali orang muslim kaya tapi nyatanya sampai sekarang mereka ada yang belum ke Baitullah karena banyak alasan. Entah memang mereka tidak memiliki niat kesana atau karena kendala-kendala lainnya. Wallahua’lam. Namun sebaliknya, kita lihat saja orang miskin yang berprofesi sebagai tukang sapu, tukang bubur, tukang becak dengan mudahnya mereka menunaikan ibadah Rukun Islam ke 5 itu dengan mudah. Itu semua tak lain karena izin dan panggilan dari Allah.


Allah memang menciptakan semua makhluknya dengan bermacam-macam kekayaan. Ada yang kaya harta namun miskin hati. Ada yang miskin harta namun kekayaan hatinya berlimpah dengan menyantuni anak yatim dan ikut serta aktif dalam pengajian maupun kegiatan-kegiatan positif lainnya. Namun semuanya dari itu pastinya tak luput dari pengawasan Allah dan nantinya pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Allahu Akbar…

Kembali lagi membahas Haji atau Umroh, sebuah perjalanan ibadah yang pastinya tidak akan terlupakan. Hasrat dan keinginan tersebut tumbuh setelah kami menikah. Ingin sekali seperti suami istri lainnya yang bisa beribadah sekaligus jalan-jalan bersama mahramnya. Seperti yang aku baca di buku Dahsyatnya Ibadah Haji - Catatan Perjalanan di Mekkah dan Madinah karangan Abdul Cholik.



Judul : Dahsyatnya Ibadah Haji 
Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah
Penulis : Abdul Cholik
Editor : Akhmad Muhaimin Azzet
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Kompas-Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2014 
ISBN : 978-602-02-4810-3
Tebal: ix + 233 halaman





Setelah aku puas membaca buku Dahsyatnya Ibadah Haji - Catatan Perjalanan di Mekkah dan Madinah karangan Abdul Cholik kini suamiku yang menggebu-gebu untuk membacanya. Okelah, bacalah sampai tuntas siapa tau rasa rindumu pada tanah suci kian bertambah :)



Disana penulis memang mengiming-ngimingi honeymoon ke tiga (halaman 199), dengan saling menjaga pasangan walaupun dengan cara berdesak-desakan dengan jamaah lainnya namun terasa indah.  Yach walaupun kami masih belum memiliki anak cucu namun benar sekali apa yang ditulis oleh penulis dibukunya, benar-benar seperti honeymoon ketiga karena kami hanya pergi berdua. Subhanallah indah sekali pastinya honeymoon ke tiga ini.

Di halaman pertama penulis juga dengan santai menjelaskan bahwa tak perlunya surat rekomendasi dari siapapun karena jika memang dipanggil oleh Allah maka kapanpun kita akan berangkat. Entah tahun depan, 2 tahun lagi, 5 tahun lagi, atau bisa saja besok. Karena semuanya Allah lah yang memang mengatur hambanya dan kapan hambanya dipanggil. Jadi untuk siapapun tak perlu khawatir akan nikmat dan rezeki dari Allah, pasti jika nantinya  kita dipandang mampu oleh Allah, mampu hati, mampu tenaga, dan mampu materi Insyaallah Allah akan memanggil kita untuk menunaikan Rukun Islam yang ke 5. Allahu Akbar…

Didalam buku ini sangat lengkap sekali penjelasannya mulai dari membuka tabungan Haji, barang bawaan apa saja yang hendaknya dibawa ketika haji, busana dan aksesoris yang harus dipakai saat haji, hingga cerita-cerita lainnya selama berada di tanah suci dimana kita pastinya mendapatkan banyak ilmu dan tau secara tidak langsung kondisi Mekkah dan Madinah hanya dari sebuah tulisan.

Ada yang paling berkesan dari cerita penulis disini yaitu pada halaman 14. Tak perlu membawa cobek dan munthu, mengingatkanku pada saudara iparku yang setahun kemarin telah menunaikan ibadah haji. Mereka membawa cobek, panci, piring, dan lain sebagainya dari rumah. Mungkin karena ketidaktahuan mereka tentang situasi dan kondisi di tanah suci, atau karena penjelasan dari rekan-rekannya yang juga kurang memahami tentang kondisi di tanah suci. Di buku Dahsyatnya Ibadah Haji karangan Abdul Cholik sangat jelas bahwa para jamaah haji tak perlu repot-repot membawa barang-barang berat tersebut karena di tanah suci sudah tersedia warung dan toko yang menjual makanan Indonesia jika memang kita kangen dengan masakan Indonesia. Penulis pada waktu Haji hanya membawa teko listrik yang berguna untuk membuat kopi atau teh,  karena teko ini praktis dengan ukurannya yang kecil.

Kebanyakan memang pernah aku jumpai saat aku bersilaturahmi pada mereka yang kembali dari tanah suci, dan saat disuguhi mereka bilang kalau air tersebut adalah air  zamzam asli. Padahal kadang air itu adalah campuran air zamzam dengan air minum biasa. Tujuannya mencampur ke 2 air itu adalah agar air zamzam tidak habis untuk tamu-tamu lainnya. Padahal di buku Dahsyatnya Ibadah Haji karangan Abdul Cholik halaman 197 telah diingatkan bahwa jika kita ingin memberi oleh-oleh nggak boleh ngibul. Jika Anda mencampur air zamzam dengan air biasa, maka jangan katakan, “Silahkan diminum air zamzamnya. Asli lho.” Jika air zamzam sudah ditambahi air biasa, sebaiknya katakan terus terang, “Ini ada air zamzamnya, silahkan diminum.” Masa baru pulang haji sudah berkata dusta. Dari sini kita sudah belajar arti dari kejujuran, apalagi baru saja kembali dari tanah suci mengapa harus mengibuli orang.



Semoga suatu hari nanti kami bisa pergi menunaikan Rukun Islam yang ke 5 atas izin dari Allah. Semoga kami termasuk orang-orang yang mampu untuk diberangkatkan kesana. Buku Dahsyatnya Ibadah Haji karangan Abdul Cholik telah memberikan ilmu dan semangat bagi kami bahwa semua hamba Nya jika sudah mendapatkan panggilan Insyaallah akan berangkat ke tanah suci. Semoga semua umat muslim di seluruh penjuru dunia bisa menunaikan Rukun Islam yang ke 5 ini atas izin dari Nya. Buku Dahsyatnya Ibadah Haji karangan Abdul Cholik memang cocok dibaca sebelum kita berangkat ke tanah suci.


No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)