Ayo Naik Bus, Dukung Jalanan Ibukota Agar Tidak Macet

Assalamualaikum...
Hai teman-teman, sudahkah kalian mencoba naik bis. Saya sudah donk, namanya Suroboyo Bus. Bus ini sangat nyaman sekali bagi anak-anak, wanita hamil, dan para lansia. Sayangnya Bis ini hanya ada di Surabaya. Kota lain bagaimana? Ada... kalo di Jakarta namanya Transjakarta.


Jakarta adalah salah satu kota tersibuk di Indonesia bahkan Asia. Kesibukan ibukota negara ini pun bertambah ketika Asian Games 2018 berlangsung. Ribuan atlet berdatangan dari hampir seluruh negara di Asia untuk berlaga membela negara masing-masing. Indonesia terbukti sukses sebagai tuan rumah perhelatan olahraga terbesar di Asia ini. Infrastruktur dibenahi, sungai-sungai dibersihkan, sampai dilakukan pengaturan lalu-lintas tentu agar infrastruktur dan kualitas lingkungan mendukung pelaksanaan kegiatan. Karena lingkungan yang baik, udara yang bersih menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi performa Atlet. Keren banget ya, semoga Jakarta tetap dan selalu berbenah walaupun tidak menjadi tuan rumah.

Secara umum, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik begitupun sebaliknya. Lingkungan yang buruk akan menyebabkan kita mudah terkena penyakit dan berdampak pada penurunan kualitas produktivitas kita. Saya setuju sekali, karena dampak dari lingkungan kotor kita sendiri yang rugi yaitu yang mendiami lingkungan tersebut. Oleh sebab itu kebersihan harus selalu dijaga dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

Kalian juga harus tahu tentang Peraturan Pemerintah tentang kebersihan. Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yang dikatakan indikator kualitas udara bersih jika partikel debu maksimal 60 mikrogram per meter kubik. Sedangkan kondisi udara di Jakarta sejak 2012 lalu jauh melampaui ambang batas hingga mencapai 150 mikrogram per meter kubik. Menurut pantauan kualitas udara yang dilakukan Greenpeace, sejak Januari 2017, kualitas udara di Jabodetabek terindikasi memasuki level tidak sehat (unhealthy). Kondisi ini bisa menimbulkan dampak kesehatan yang serius bagi kelompok sensitif, seperti anak-anak, ibu hamil, dan kelompok lanjut usia.

Dampak yang diakibatkan pastinya sangat serius, memang tidak secara langsung tapi jika sudah terkena maka akan fatal akibatnya. Apalagi anak-anak, ibu hamil, dan lansia yang kondisinya butuh perhatian lebih. Mari kita sama-sama menjaga dan mendukung gerakan sehat ini.



Hingga bulan Juli 2018, Berdasarkan pantauan dari situs Air Now dan AQICN, kondisi udara Jakarta masih ada dalam kategori Unhealthy. Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index) Jakarta menyentuh angka 191.

Angka ini lebih buruk dari Beijing dan New Delhi yang terkenal sebagai kota dengan tingkat polusi paling tinggi di dunia. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Asia Tenggara, kualitas udara Jakarta lebih jelek dari Ho Chi Minh City Hanoi, Bangkok, Kuala Lumpur dan Singapura.



Kok bisa separah itu kondisi udara Jakarta? Penyumbang polusi atau penyebab kualitas udara buruk di Jakarta salah satunya kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor baik roda dua atau roda empat atau lebih saat ini mencapai 8 juta unit, bila siang hari mencapai 13 juta unit karena adanya kendaraan dari luar Jakarta, seperti yang dari Bogor, Bekasi, Tanggerang yang beraktivitas atau bekerja di Jakarta.



Berdasarkan data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Transportasi menyumbang tingkat polusi hingga 90% melalui emisi gas buang CO dan CO2. Gas ini merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna oleh mesin kendaraan bermotor. Jika gas ini terhirup, maka akan ikut beredar pada darah manusia sehingga akan mengakibatkan kepala menjadi pusing dan bahkan bisa menyebabkan gangguan pada saraf. Sangat bahaya pastinya.



Nah, masalah terkait transportasi, utamanya dampak transportasi terhadap lingkungan dan kesehatan, sekarang ini menjadi masalah yang sangat penting untuk segera dicari solusinya. Jika terus dibiarkan berlanjut maka akan sangat berbahaya bagi masyarakat yang hidup di Jakarta.

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan mengeluarkan beberapa kebijakan terkait transportasi. Selain pembenahan dan penambahan angkutan umum yang dekat dengan pemukiman, sejak Juli 2018, skema ganjil genap diberlakukan dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan durasi yang lebih lama sejalan dengan berlangsungnya Asian Games. Bahkan di hari Sabtu dan Minggu, kebijakan ini tetap diberlakukan. Alhasil, skema ganjil genap versi terbaru ini mendapat tanggapan pro dan kontra dari masyarakat. Kalau kalian termasuk yang PRO atau KONTRA?



Kepala BPTJ, Bapak Bambang Prihartono mengatakan terlepas dari tanggapan warga, sistem ini akan memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat yang beraktivitas di Jakarta. “Kita ganti udara Jakarta dengan yang lebih sehat, waktu tempuh lebih cepat sehingga tidak boros waktu” Tidak hanya perubahan soal kecepatan waktu tempuh, tapi bagaimana CO2 yang mencemari udara kita juga dapat diubah. “Udara yang sudah tidak sehat kita perbaiki kualitas udaranya"

Apa yang diucapkan beliau terbukti, melihat data pantauan dari AQICN.org pada akhir Agustus 2018 ini. Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index) menyentuh angka 64. Berkurang 127 poin dari data Juli yaitu 191 poin (sebelum perluasan ganjil genap diberlakukan).


Angka ini masuk ke dalam kategori Moderate yang menunjukkan kualitas udara dapat diterima. Namun, masih ada beberapa polutan yang tetap memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit pada sejumlah kecil orang yang sangat sensitif terhadap polusi udara. Tidak semua orang kebal dengan polusi udara ini oleh sebab itu bagi mereka yang sangat rentan dengan penyakit ini sungguh disayangkan jika kita tetep tidak peduli dengan sesama, dengan lingkungan, dan pastinya tidak peduli dengan kesehatan.

Belum lama ini BPTJ juga merilis infografis terkait kondisi udara Jakarta dengan diberlakukannya ganjil genap. Hebatnya, setelah 6 minggu implementasi perluasan kawasan skema ganjil genap di jalan arteri Jakarta, pada ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap mengalami penurunan emisi CO2 rata-rata sebesar 20,30%.


Dampak Skema Ganjil Genap untuk Lingkungan di Jakarta

Nah luar biasa kan dampak skema ganjil genap? Kualitas udara yang baik membuat kita lebih sehat dan produktif. Kita pasti berharap kualitas udara makin baik, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar perlahan beralih ke moda transportasi umum. Memang sih ada yang kontra, tapi banyak juga yang pro dengan masalah ini. Saya sendiri sebagai WNI yang memang suka naik transportasi umum sih oke-oke aja dengan peraturan pemerintah tersebut.

Dulu, London pernah menjadi salah satu kota padat transportasi dan memiliki kualitas udara yang buruk. Miriplah dengan Jakarta saat ini. Tapi London sekarang menjadi kota yang sangat teratur dan kualitas udaranya baik. Kok bisa??? Sederhana solusinya. Masyarakatnya mengubah moda transportasi pribadi menjadi pencinta transportasi umum. Jalan lebih lenggang, emisi CO dan CO2 pun berkurang.



Tentu kita menginginkan hal yang sama dapat kita nikmati di Jakarta bukan? Dengan kondisi transportasi umum yang terus ditingkatkan oleh Pemerintah, seharusnya niat kita untuk kebaikan bersama pun makin kuat. Lebih banyak yang naik transportasi umum, lebih baik lagi kualitas udara kita, produktivitas pun meningkat.

Ayo berbagi niat baik naik transportasi umum ini untuk menciptakan Jakarta Sehat, Jakarta Hebat. Salam bebas polusi dari saya yang gemar sekali naik transportasi Bis.

Terima kasih

Salam,
Dwi Puspita


Keterangan : Foto-foto di atas adalah foto penulis menggunakan transportasi Suroboyo Bus

No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)