Kenangan Masa Kecil Yang Sulit Dilupakan

Kenangan  masa kecil pasti semua orang memilikinya. Semuanya pernah kecil dan pastinya sudah melalui fase itu dengan banyak kenangan bersama orang-orang yang dicintainya. Siapa saja orang yang dicintainya? Bukan pasangan, bukan suami... karena kala itu belum mengenal pasangan.

Orang yang sangat dicintai adalah keluarga yaitu ibu, ibu lek, kakak, kakek nenek, dan juga bapak. Nggak ada yang tahu dan membaca kenangan kita karena kita saja yang bisa mengenangnya. Baik itu memory yang indah dan buruk sekalipun. Kenangan adalah pelajaran bagi kita walau sadar atau tidak disadari akan membentuk karakter dan kepribadian kita.


Saya yakin para orang tua telah memberikan yang terbaik pada anak-anaknya. Walaupun dengan cara yang berbeda tapi tujuannya sama, yaitu ingin anaknya kelak bahgia dan sukses. Namun kadang kalau dipikir-pikir ada beberapa cara yang salah, toh kita sudah bisa menilai dan mari kita perbaiki diri untuk masa depan anak-anak kita sendiri dengan memberikan pengalaman yang bahagia kepada mereka.


Pengalaman masa kecil saya sendiri cukup berwarna dan hanya saya saja yang mengetahuinya. Cukup banyak pengalaman pahit manis, namun saya akan berbagi pengalaman manisnya saja.


Kenangan manis pertama yang saya ingat adalah ikut ibu mengajar didaerah terpencil di Pulau Madura. Ibu saya adalah seorang guru SD hingga sekarang. Waktu itu ibu ditugaskan mengajar di suatu daerah yang jauh dari rumah. Kalau nggak salah umur saya 2-3 tahun. Mau nggak mau ibu dan saya harus tinggal diperumahan yang memang disediakan oleh pemerintah.

Setiap akan pergi mengajar ibu selalu melewati sawah, jalan kaki, dan menggendong saya. Ya Allah, semoga ibu selalu diberi kesehatan dan diampuni segala dosa-dosanya. Saya hanya bisa berdo'a kepada Allah agar selalu diberikan kesehatan sebagai amal ibu memiliki anak yang sholehah yang tentunya tak bisa saya balas jasanya.


Selain itu kenangan masa kecil yang tak terlupakan kedua dimana saya dan ibu mencabut kecambah melandingan di samping rumah nenek. Pohon melandingan yang banyak dan berjejer rapi di samping rumah yang setiap hari bijinya berguguran dan akan menjadi kecambah baru 2-3 hari kedepan setelah terkena embun. Dan setiap pagi ibu, kakak, dan saya akan mencabutnya satu persatu untuk dijadikan lauk kami hari itu juga. Dengan sambal kacang dan petis Madura menjadi lalapan yang endes banget dengan nasi hangat.

Kenangan masa kecil ketiga yang sulit dilupakan, saat lebaran ibu sibuk sekali membangunkan anak-anaknya, yaitu kakak dan saya. Ibu memandikan saya dan segera memakaikan baju baru kepada saya. Selalu baju saya dan kakak model dan warnanya sama walau usia kami terpaut 4 tahun. Mungkin ibu mengkhawatirkan terjadi rasa iri kepada kami jika baju yang kami pakai nantinya berbeda. 

Yah memang benar, terjadi rasa iri pada waktu itu. Saya masih ingat dimana saat itu saya pernah iri kepada kakak. Sepertinya kakak lebih disayang ibu daripada saya. Tapi ternyata setelah memiliki anak, tak sedikitpun cinta itu timpang sebelah. Semuanya sama-sama memiliki cinta yang sama dari seorang ibu.


Saat saya dan kakak sudah memakai baju baru, saya pun bertanya dengan polosnya kepada ibu.

"Mengapa ibu nggak pakai baju baru?"
Saat itu saya memang melihat wajah ibu yang belum mandi dan masih memakai daster kumalnya. Pertanyaan saya yang saat itu berumur 3 tahun mungkin membuat ibu terkekeh. Entahlah apa yang ada dipikiran ibu saat saya bertanya itu. Yang saya ingat ibu menjawab seperti ini,

"ini baju lebaran ibu"

Yah, daster kumal itu baju lebaran ibu.

Ya Allah, seperti itulah perjuangan seorang ibu. Dia akan selalu berusaha agar anaknya bahagia dan tidak ingin menunjukkan rasa sedih yang dideritanya saat itu. Semoga ibu-ibu hebat di dunia yang selalu menyembunyikan kesedihan dan bisa bermain peran bahagia didepan anak-anaknya diberikan kekuatan, kesehatan, dan pastinya rezeki dari Allah.

Mungkin kenangan manis masa kecil saya hanya ini yang bisa saya ceritakan, kalau dilanjut bakalan nulis sambil menangis. Terlalu banyak cerita yang membuat saya harus menjadi anak cengeng.

Salam,
Dwi Puspita


No comments:

Post a Comment

Yuk berkomentar :)